Sebuah perjalanan fotografi sepanjang tahun dari mata masyarakat Bunut Hilir di Heart of Borneo yang mengabadikan lingkungan mereka, telah direkam dalam sebuah buku fotografi bertajuk Crystal Eye di Jakarta.
Ambasador Swiss untuk Republik Indonesia dan Timor Leste, Bapak Heinz Walker-Nederkoorn, yang hadir dan merilis publikasi ini secara resmi menandai dukungan pendanaan yang telah dikontribusikan oleh WWF Swiss.
Kegiatan ini dinamakan Panda CLICK! ‘Panda’ tentu saja karena merupakan inisiatif dari WWF dengan logo Pandanya, dan CLICK! merupakan singkatan dari ‘Communication Learning towards Innovative Change and Knowledge’, yang berarti belajar berkomunikasi untuk perubahan yang inovatif dan pengetahuan.
Program ini melatih masyarakat lokal menggunakan kamera digital dan meminjamkannya selama setahun untuk memungkinkan mereka mengabadikan apapun yang mereka anggap penting terkait dengan kehidupan mereka, aktivitas sehari-hari mereka dan tentang budaya dan tradisi mereka.
Tindakan memotret pun menjadi bukan sekadar “momen pengabadian,” namun juga “usaha menyatakan,” tepatnya “menyatakan sebuah keberadaan,” kata sebuah baris di buku Crystal Eye. Inilah sesungguhnya yang menginspirasi WWF untuk melaksanakan program setahun ini.
Buku Crystal Eye berisi 346 foto yang dipilih dari hampir 230 ribu foto, tepatnya 229.181 foto yang dihasilkan oleh para fotografer terpilih dalam kegiatan ini. Foto-foto yang berisi nilai-nilai penting dalam hidup masyarakat lokal ini sesungguhnya menunjukkan bahwa melindungi bumi dan menjaga budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
“Buku fotografi ini menjadi sebuah alat yang penting bagi masyarakat untuk menyuarakan isi hati mereka mengenai hutan dan alam di sekitar mereka,” kata Dr. Efransjah, CEO WWF-Indonesia. "Harapannya para pengambil keputusan dapat dengan mudah memahami nilai hutan dari perspektif masyarakat, sehingga kebijakan yang mereka ambil dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat.”
Foto-foto dari kegiatan Panda CLICK! telah memberi manfaat bagi masyarakat desa dalam hal mendukung usulan pembangunan kepada pemerintah daerah. Contohnya, untuk peningkatan fasilitas listrik desa dan pertanian. Dinas Pertanian Kapuas Hulu memberikan bantuan dana cetak sawah yang digarap oleh warga melalui kelompok tani.
Foto-foto tersebut diperkaya dengan informasi yang berasal dari diskusi dengan si fotografer dan anggota masyarakat lainnya. Cerita yang terbentuk dari foto-foto tersebut kemudian didampingi narasi-narasi yang ditulis oleh berbagai ahli di bidangnya masing-masing, seperti Profesor Antropologi Dr. (Emeritus) Syamsuni Arman, ahli komunikasi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Mario Anthony Birowo, Muchlis dan Andi Suhaeri Fachrizal yang adalah jurnalis senior dari Kalimantan Barat, serta Yusra Ahmad Abroorza, penyair muda dari Kalimantan Barat.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan perspektif yang luas bagi sebuah upaya penguatan masyarakat melalui komunikasi partisipatori dan fotografi yang dilakukan oleh masyarakat lokal.
Sumber: http://www.wwf.or.id
No comments:
Post a Comment