Setelah Selasa lalu (5/2) Asia Pulp & Paper mengumumkan komitmennya
untuk menghentikan semua aktivitas pembukaan lahan di hutan alam dan
lahan gambut Indonesia, kini giliran APRIL yang disorot.
“Saat ini APRIL merupakan pelaku pembukaan hutan alam terbesar di antara produsen pulp lainnya di Indonesia," kata Nazir Foead, Direktur Konservasi WWF-Indonesia. “Kami mendesak perusahaan itu untuk segera mengubah model bisnis mereka yang tidak lestari dan berhenti melakukan kegiatan pengeringan lahan gambut dan membuka hutan alam."
Koalisi LSM di Sumatera, Eyes on the Forest, melaporkan bahwa APRIL merupakan pelaku terbesar untuk perusakan hutan di Provinsi Riau. Perusahaan ini telah menebang sedikitnya 140,000 ha hutan tropis, yang sebagian besar terletak di lahan gambut, yakni pada 2008 dan 2011. Pada periode itu, APRIL bertanggung jawab atas hilangnya hampir 1/3 hutan alam di Riau.
Setelah tahun 2009, komitmen-komitmen publik yang dibuat APRIL dalam
mempertahankan hutan dan tidak menggunakan kayu alam hanya sebatas
pencitraan atau greenwash. Di Riau, APRIL mengambil kayu alam
dari konsesi, yang menurut kriteria undang-undang tata ruang
diperuntukan sebagai kawasan hutan lindung. Sistem kerja perusahaan ini
menyebabkan konflik serius dengan masyarakat lokal, terutama dalam hal
hilangnya kepemilikan hutan dan lahan adat masyarakat, dan degradasi
sumber daya alam.“Saat ini APRIL merupakan pelaku pembukaan hutan alam terbesar di antara produsen pulp lainnya di Indonesia," kata Nazir Foead, Direktur Konservasi WWF-Indonesia. “Kami mendesak perusahaan itu untuk segera mengubah model bisnis mereka yang tidak lestari dan berhenti melakukan kegiatan pengeringan lahan gambut dan membuka hutan alam."
Koalisi LSM di Sumatera, Eyes on the Forest, melaporkan bahwa APRIL merupakan pelaku terbesar untuk perusakan hutan di Provinsi Riau. Perusahaan ini telah menebang sedikitnya 140,000 ha hutan tropis, yang sebagian besar terletak di lahan gambut, yakni pada 2008 dan 2011. Pada periode itu, APRIL bertanggung jawab atas hilangnya hampir 1/3 hutan alam di Riau.
Dua per tiga area konsesi yang memasok perusahaan ini di Riau terletak di lahan gambut, yang kemudian menjadi terdegradasi, kering, serta terdekomposisi dan menghasilkan emisi gas rumah kaca secara konstan.
“Meskipun telah beroperasi selama 17 tahun dan telah memiliki konsesi atas 10% wilayah daratan Riau, perusahaan ini masih bergantung pada hutan tropis dalam memproduksi pulp," kata Nazir Foead. “Setelah penghancuran hutan yang mereka lakukan di Riau, kini APRIL memperluas operasinya di Pulau Borneo."
“WWF-Indonesia menyerukan kepada APRIL untuk berhenti melakukan perusakan hutan tropis, menyelesaikan konflik-konflik sosial, dan memulihkan hutan dan lahan gambut yang telah mereka rusak," kata Aditya Bayunanda, Manajer GFTN dan Kertas & Pulp WWF-Indonesia. WWF juga menyerukan kepada perusahaan-perusahaan untuk menghindari hubungan dengan praktik bisnis APRIL dan perusahaan-perusahaan terkait."
Sumber : www.wwf.or.id
No comments:
Post a Comment